Minggu, 29 Desember 2013

                                                     sejarah Farmasi

kimia farmasi
Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Saat itu seorang “Dokter” yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin berkembangnya ilmu kesehatan masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula maupun cara pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick IImemerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama.

Awal mula Kelahiran Ilmu Farmasi

Farmasi (bahasa Inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti : obat) merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 - 1600an.
  1. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya
  2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
  3. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
  4. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.
  5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia.
  6. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.
Demikian beberapa ulasan sejarah farmasi Dunia barat yang semuanya berawal dari Hipocrates yang dikenal sebagai bapak kedokteran, jika dilihat secara mendalam maka ilmu kefarmasian dan ilmu kedokteran memiliki sumber yang sama sehingga diharapkan keilmuan ini dapat bekerja sama untuk mencapai efek terapi yang maksimal bagi pasien.
EMULSI

Emulsi dan suspensi tergolong dalam sistem dispersi, yang artinya bahwa bahan tidak larut dalam medium, namun hanya tersebar merata dalam medium.

Emulsi merupakan sediaan liquid yang mengandung satu atau lebih zat aktif, yang berada dalam 2 atau 3 jenis cairan yang tidak saling menyatu, namun terdispersi homogen, yang distabilkan oleh suatu emulgator. Zat aktif dalam sediaan ini dapat berupa minyak, atau solid yang terlarut dalam salah satu fase dalam sistem dispersi ini.

Sediaan emulsi ini didesain dalam dunia kefarmasian untuk memfasilitasi penghantaran zat aktif yang berupa minyak, atau zat aktif yang larut minyak. Jika hanya diberikan dalam bentuk minyak saja, maka tingkat penerimaan pasien akan cenderung rendah.

Emulgator adalah suatu bahan yang dalam strukturnya memiliki bagian yang lyofilik maupun lyofobik, yang mampu mengakomodasi droplet-droplet cairan yang tidak saling campur, untuk dapat terdispersi dengan stabil.

Contoh dari emulgator adalah: Pulvis Gummi Arabicum (PGA), Tween, dan Span

HLB (hydrophyl-lipophyl balance) merupakan suatu tingkat keseimbangan bagian hidrofil dan bagian lipofil dari suatu emulgator dalam membentuk emulsi yang stabil. Untuk mendesain suatu emulsi, seorang formulator perlu memahami HLB dari emulgator atau campuran emulgator yang akan digunakan, untuk menstabilkan emulsi sesuai tipe emulsi yang dikehendaki. Lebih daripada itu, beberapa fase minyak juga mengindikasikan kebutuhan HLB (required HLB) yang harus dipunyai oleh emulgator untuk menstabilkan emulsi pada dua jenis tipe emulsi.

Kriteria emulsi yang baik adalah:

1.    Aman

2.    Efektif dan efisien à sesuai dengan tujuan terapi

3.    Merupakan disperse homogen antara minyak dengan air

4.    Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam penyimpanan

5.    Memiliki viskositas yang optimal, sehingga mampu menjaga stabilitas dalam penyimpanan, serta dapat dituangkan dengan mudah

6.    Dikemas dalam kemasan yang mendukung penggunaan dan stabilitas obat

Dalam emulsi dikenal istilah fase dispers dan medium pendispersi. Ada dua jenis tipe emulsi secara umum, yaitu:

1.    Tipe air/minyak (A/M)

Tipe A/M berarti air (fase terdispersi) terdispersi dalam minyak (medium)

2.    Tipe minyak/air (M/A)

Tipe M/A berarti minyak (fase terdispersi) terdispersi dalam air (medium)

Secara khusus dikenal pula tipe air/minyak/air dan tipe minyak/air/minyak.

Untuk membedakan tipe emulsi tersebut dapat dilakukan dengan cara:

1.    Pemberian pewarna yang larut pada salah satu fase, kemudian dilakukan pengamatan secara mkiroskopis terhadap kondisi emulsi yang telah terwarnai salah satu fasenya.

Contoh: semisal digunakan methylen blue yang larut air, apabila diamati melalui mikroskop, yang terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi tersebut bertipe A/M, begitu juga sebaliknya

Jika digunakan Sudan III yang larut minyak, apabila diamati melalui mikroskop, yang terwarnai adalah dropletnya, maka emulsi tersebut bertipe M/A, begitu juga sebaliknya

Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu ditest dengan 2 jenis pewarna tersebut

2.    Pengenceran dengan menggunakan cairan salah satu fase. Jika cairan untuk mengencerkan tersebut bercampur dengan emulsi, maka dapat dipastikan bahwa cairan tersebut berperan sebagai medium pendispersi.

Catatan: untuk pemastian hasil, emulsi perlu ditest dengan 2 jenis cairan tersebut

Sistem emulsi merupakan sistem dispersi yang diupayakan untuk memanipulasi dalam waktu tertentu, dua cairan yang secara alami tidak saling menyatu, sehingga suatu saat fase-fase dalam sistem tersebut dapat memisah sesuai dengan kealamiannya (by nature). Fenomena ketidakstabilan emulsi dapat diamati sebagai berikut:

1.    Creaming

Creaming merupakan peristiwa pemisahan fase yang terjadi sementara, yang dapat didispersikan kembali dengan penggojogan ringan

2.    Cracking

Cracking merupakan peristiwa pemisahan fase yang permanen, yang tidak dapat didispersikan kembali

3.     Inversi

Inversi merupakan persitiwa perubahan fase sekonyong-konyong sebagai akibat dari perubahan temperature yang ekstrim. Inversi ini dapat berimbas pada penurunan tingkat penerimaan pasien.

 C.   SUSPENSI

Suspensi merupakan sediaan yang merupakan sistem dispersi dari partikel zat aktif solid yang memiliki kelarutan yang rendah pada medium. Yang diharapkan dari suatu sediaan suspensi adalah bahwa sistem terdistribusi homogen saat digunakan.

Untuk itu yang menjadi criteria dalam sediaan suspensi adalah:

1.    Aman
2.    Efektif dan efisien
3.    Partikel solid stabil secara kimia dalam medium
4.    Partikel solid terdistribusi merata, tidak boleh cepat mengendap, kalaupun mengendap dapat diredispersikan kembali dengan penggojogan ringan
5.    Tidak membentuk cake (endapan massif yang kompak pada dasar botol yang tidak dapat diredispersikan kembali)
6.    Partikel solid tidak mengapung (floating)

Suspensi didesain dalam dunia kefarmasian untuk mengakomodasi penghantaran zat aktif solid yang perlu dihantarkan dengan sediaan liquid, yang memiliki kelarutan yang rendah terhadap medium.

 Dalam suspense dikenal dua sistem yaitu:

1.    Sistem flokulasi

Dalam sistem ini, saat tidak dilakukan intervensi mekanik apa pun, partikel-partikel solid saling bergabung perlahan membentuk flok dengan ikatan yang lemah. Dengan terbentuknya flok ini, maka flok akan cepat mengendap dan supernatant/medium akan tampak relatif jernih. Namun dengan adanya kerenggangan dalam struktur flok ini, apabila sistem digojog, maka partikel akan mudah terdispersi kembali. 

2.    Sistem deflokulasi

Dalam sistem ini, partikel-partikel solid tidak membentuk flok, dan sebagai akibat gravitasi, mengendap perlahan pada dasar. Berhubung partikel tersebut mengendap perlahan, maka terjadi suatu penataan partikel di dasar botol yang cenderung membuat endapan menjadi kompak dan keras (terbentuk cake) yang relative sulit untuk didispersikan kembali dengan penggojogan ringan.

Kedua sistem tersebut bukan merupakan suatu pilihan. Formulator perlu mengakomodasi kebaikan dari dua sistem tersebut untuk sediaan suspensi yang berkualitas  (lama mengendap, sekalipun mengendap dapat diredispersikan kembali dengan mudah, sehingga dalam pemakaian/penggunaan obat dapat memberikan sejumlah partikel yang terdistribusi homogen dalam medium) dalam penyimpanan waktu yang dikehendaki.

Komposisi dari sediaan suspensi adalah:

1.    Zat aktif dengan kelarutan yang rendah pada medium
2.    Medium suspensi yang diharapkan (dapat berupa air atau minyak)
3.    Wetting agent à surface active agent

Solid yang memiliki kelarutan yang rendah dalam medium cenderung memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Keperluan menyertakan wetting agent disini adalah agar tegangan permukaan solid dapat diturunkan, sehingga solid dapat terbasahi dengan baik, dapat berada dalam medium, tidak terjadi pengapungan partikel (floating)

4.    Viscocity enhancer

Viscocity enhancer dibutuhkan untuk membentuk struktur pembawa (structured vehicle) yang mampu menahan laju pengendapan partikel. Semakin kental sistem, maka laju pengendapan partikel akan semakin rendah (salah satu intepretasi dari Hukum Stokes)

5.    Agen pemflokulasi

Agen pemflokulasi dibutuhkan untuk menstimulasi partikel-partikel membentuk flok, sehingga resiko terbentuknya cake dapat dihindari. Namun, perlu diperhatikan penambahan agen pemflokulasi ini, diarahkan untuk flokulasi yang terkendali (controlled flocculation)

6.    Additives

Sebagai additives disini dapat digunakan: gula (yang juga dapat berfungsi sebagai viscocity enhancer) atau pemanis, pewarna, antioksidant, pengawet (yang kesemuanya harus larut pada medium)

Suspensi juga dapat digunakan secara oral, topical, maupun parenteral. Namun hal yang perlu diperhatikan terutama dengan penggunaan parenteral adalah kadar solid, ukuran partikel solid (micro or nano sized) dan bentuk partikel solid (spheris), selain sterilitas dan kondisi pyrogen-free. Demikian juga dengan penggunaan topical yang ditujukan pada mata (ophthalmic suspension), perlu juga melihat ukuran dan bentuk partikel, sealing sterilitas. Dalam ophthalmic suspension, kondisi pyrogen free tidak dipersyaratkan, mengingat pemberian dilakukan secara topical.
SUPPOSITORIA

Suppositoria merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang larut ataupun terdispersi pada bahan pembawa, dimaksudkan untuk pemakaian luar (pada rongga tubuh), berbentuk torpedo (per anal), atau elips (per vaginal) atau batang (per urethral).

Suppositoria didesain untuk:

1.    terapi dengan efek lokal pada bagian anal (contoh: hemorrhoid) atau vaginal (contoh: candidiasis)

2.    terapi dengan efek sistemik (suppositoria anal) sebagai alternative pengobatan melalui anal bagi pasien yang tidak kooperatif terhadap pengobatan oral (keadaan pingsan atau mengalami emesis)

Mekanisme pelepasan zat aktif dari suppositoria adalah dengan pelelehan suppositoria pada suhu tubuh (jenis basis: oleum cacao, Witepsol) atau penglarutan suppositoria pada cairan anal/vaginal (jenis basis: Polietilen glikol, gliserogelatin).

BENTUK SEDIAAN LIQUID
Bentuk sediaan liquid merupakan sediaan dengan wujud cair, mengandung satu atau lebih zat aktif yang terlarut atau terdispersi stabil dalam medium, yang homogen pada saat diaplikasikan.

Bentuk sediaan liquid dalam konsistensi cairnya, memiliki keunggulan terhadap bentuk sediaan solid dalam hal kemudahan pemberian obat terkait sifat kemudahan mengalir dari sediaan liquid ini. Selain itu, dosis yang diberikan relative lebih akurat dan pengaturan dosis lebih mudah divariasi dengan penggunaan sendok takar. Namun, bentuk sediaan ini tidak sesuai untuk zat aktif yang tidak stabil terhadap air. Dengan kemasan botol dan penggunaan sendok takar untuk sediaan oral, maka tingkat kepraktisan bentuk sediaan ini relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan solid.

Untuk pemakaian topical, keunggulan bentuk sediaan liquid, jika dibanding bentuk sediaan solid maupun semisolid, terletak pada daya sebar dan bioadhesivitasnya, selama viskositasnya optimum. Namun terkait daya lekat dan ketahanan pada permukaan kulit, bentuk sediaan liquid relative lebih rendah jika dibanding bentuk sediaan semisolid. Hal ini terutama berhubungan dengan tingkat viskositas dari kedua bentuk sediaan tersebut.
Ragam bentuk sediaan liquid yang akan didiskusikan dalam modul ini adalah larutan, emulsi dan suspensi.

obat dan bentuk sediaan obat

Untuk menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit, suatu terapi dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan obat. Terapi dengan menggunakan obat dikenal sebagai farmakoterapi atau kemoterapi.  Keamanan dan khasiat, serta rasionalitas pemakaian obat menjadi pertimbangan dalam proses suatu terapi. Namun perlu diketahui bahwa obat tidak hanya digunakan untuk menyembuhkan (terapi) saja.

Obat merupakan suatu bahan, yang dapat merupakan bahan alam ataupun sintesis, yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sistem biologis pada tubuh manusia ataupun hewan, dengan tujuan untuk menyembuhkan, mengurangi/menghilangkan gejala, mencegah, menegakkan diagnosis, meningkatkan stamina maupun memperelok badan. Dalam hal ini obat didesain sebagai suatu sistem yang terintegrasi untuk mencapai tujuan terapi secara aman, efektif dan efisien.

Secara umum, pengertian tentang obat dibedakan sebagai zat aktif (drug) dan sediaan obat (medicine).

Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti memberikan efek farmakologis pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu. Zat aktif juga dikenal sebagai drug, active ingredient, dan active pharmaceutical ingredient (API). Suatu proses penemuan obat (drug discovery) dilakukan untuk memperoleh suatu zat aktif yang dibutuhkan, baik dari bahan alam, semisintesis maupun sintesis penuh. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam menemukan suatu senyawa aktif farmakologis tersebut adalah terbuktinya keamanan dan khasiatnya. Perlu dipertimbangkan benefit to risk ratio dari senyawa aktif yang baru tersebut.

Zat aktif sangat beragam dalam memberikan efek farmakologis. Zat aktif yang poten, hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit untuk memberikan efek farmakologis yang bermakna, tidak jarang hanya berkisar microgram saja. Untuk membawa sejumlah kecil zat aktif tersebut, maka dibutuhkan bahan lain yang dapat membawa zat aktif tanpa memberikan efek farmakologis (inaktif).

Zat inaktif adalah zat yang tidak memberikan efek secara farmakologis, namun dapat menunjang kinerja penghantaran zat aktif pada aplikasi. Kinerja yang dimaksudkan dalam hal ini adalah:

1.    Membawa zat aktif ke tempat pelepasan/lokasi aksi,
2.    Memodulasi pelepasan zat aktif,
3.    Meningkatkan stabilitas dan mempertahankan kualitas.

Zat inaktif juga dikenal sebagai excipients atau inactive ingredients.
Zat aktif dan inaktif yang disatukan dalam suatu kesatuan sistem dengan desain tertentu, dikenal sebagai bentuk sediaan obat = BSO (drug dosage form). BSO pada prinsipnya merupakan suatu bentukan yang membawa zat aktif menuju lokasi terapi atau tempat pelepasan zat aktif. BSO dikenal dengan pengertian lain sebagai obat (medicine).

Kriteria suatu BSO secara umum adalah:

1.    Aman
2.    Stabil dalam penyimpanan à menunjukkan kualitas fisik yang baik selama penyimpanan sesuai dengan batasan kadaluarsanya
3.    Dapat bercampur dengan zat aktif, mampu membawa dan melepaskan zat aktif pada lokasi aksi/tempat pelepasan
4.    Mampu melindungi zat aktif dari kemungkinan degradasi
5.    Efektif, efisien, ekonomis
6.    Dikemas dalam kemasan yang sesuai

Berdasarkan wujudnya, BSO dibedakan sebagai BSO solid, BSO liquid dan BSO semisolid.

Desain BSO memegang peranan penting terutama agar BSO dapat mendukung timbulnya efek farmakologis suatu zat aktif secara repsodusibel dan agar BSO dapat diproduksi dalam industry skala besar.

Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam desain suatu BSO antara lain:

1.    Tujuan terapi dan kondisi anatomi fisiologi pasien.
2.    Sifat fisikokimia zat aktif.
3.    Pertimbangan biofarmasetis terkait kapasitas absorpsi untuk beberapa jenis zat aktif dalam berbagai jenis jalur pemberian obat.
4.    Desain kemasan sebagai alat yang mewadahi, memberikan proteksi, menjaga stabilitas produk, memberikan informasi, dan mendukung kenyamanan penggunaan obat sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.

BSO merupakan bagian dari suatu sistem penghantaran obat.

Sistem penghantaran obat merupakan suatu sistem atau cara untuk membawa, menghantarkan dan melepaskan obat pada tempat aksi / tempat pelepasan dengan aman, efektif dan efisien.
Pengertian “aman” dalam hal ini dimaksudkan bahwa efek obat yang tidak diinginkan (adverse effect) dapat diminimalkan, dan juga bahwa zat aktif dilindungi dalam perjalanannya menuju lokasi aksi/pelepasan.
Pengertian “efektif” dalam hal ini terkait dengan khasiat (efficacy) dari obat tersebut, sedangkan “efisien” terkait dengan perhitungan dosis, frekuensi penggunaan obat dan lama waktu terapi yang tepat, yang dapat memberikan imbas pada jumlah beaya terapi yang ditimbulkan.

Hal-hal yang terkait dalam suatu sistem penghantaran obat adalah:

1.    BSO (termasuk sifat fisikokimia zat aktif maupun excipient),
2.    Jalur pemberian obat,
3.    Mekanisme pelepasan zat aktif dari BSO,
4.    Pertimbangan bioavailabilitas (bagaimana zat aktif dapat mencapai sirkulasi sistemik dengan laju dan jumlah yang memadai).

Sistem penghantaran obat didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu melaksanakan fungsinya dengan baik. Sistem ini dikategorikan sebagai conventional delivery system dan advanced delivery system. Dalam conventional delivery system, kondisi obat setelah dilepaskan dari BSO tidak dimonitor, sedangkan dalam advanced system, pelepasan obat dimanipulasi, dikendalikan bahkan diarahkan untuk dapat ditargetkan melepaskan zat aktif di dalam sel (targeting drug delivery à untuk pengobatan dengan menggunakan cancer chemotherapy).

Efek farmakologis suatu obat yang dikehendaki pada suatu terapi sebagai akibat berjalannya sistem penghantaran obat, dapat dibedakan dalam 2 hal, yaitu: efek local (setempat) dan efek sistemik (terabsorpsi ke- atau langsung melalui peredaran darah, terdistribusi ke seluruh bagian tubuh). Efek local dapat dicapai terutama dengan jalur pemberian topical (diaplikasikan pada permukaan kulit dan atau selaput mukosa) dan jalur parenteral khusus (sub plantar / ginggival à selama tidak terabsorpsi masuk ke pembuluh darah), sedangkan efek sistemik dapat dicapai terutama dengan jalur oral (telan à zat aktif terabsorpsi melalui membrane dinding usus), parenteral (intravascular atau ekstravaskular) atau transdermal

Pada prinsipnya pembeda dari efek local ataupun sistemik adalah apakah zat aktif tersebut diarahkan menuju ke pembuluh darah atau tidak. Selama obat tersebut tidak diberikan secara intra vascular (langsung ke sirkulasi sistemik via pembuluh darah) atau terabsorpsi melewati pembuluh darah, maka efek yang timbul adalah efek local.  

BENTUK SEDIAAN SOLID

Bentuk sediaan solid merupakan BSO yang memiliki wujud padat, kering, mengandung satu atau lebih zat aktif yang tercampur homogen.

Bentuk sediaan solid memiliki suatu keunggulan jika dibandingkan dengan bentuk sediaan liquid, yaitu bahwa dengan keringnya bentuk sediaan tersebut, maka bentuk sediaan tersebut lebih menjamin stabilitas kimia zat aktif di dalamnya, sedangkan kelemahan dari bentuk sediaan ini adalah: pada penggunaan oral (telan), pemberian bentuk sediaan ini pada beberapa pasien terasa cukup menyulitkan, perlu disertai dengan cairan untuk dapat ditelan dengan baik.

Jika dibandingkan dengan bentuk sediaan semisolid, dalam pemakaian topical, maka bentuk sediaan solid ini memiliki keunggulan bahwa pemberiannya cukup ditaburkan pada kulit dengan area permukaan yang luas, sedangkan kelemahannya adalah bahwa serbuk lebih cepat hilang dari permukaan kulit / waktu tinggal pada permukaan kulit tidak lama.

Banyak ragam bentuk sediaan solid dalam dunia kefarmasian, antara lain: serbuk, tablet, kapsul, pil, suppositoria.

A.   SERBUK

Serbuk, dalam dunia kefarmasian, ada yang berfungsi langsung sebagai bentuk sediaan, ada yang berfungsi sebagai bahan penolong bagi bentuk sediaan yang lain.

Yang berfungsi langsung sebaga bentuk sediaan, lebih dikenal dengan istilah sediaan serbuk. Sediaan serbuk ini dibedakan menjadi 2, yaitu :

1.    Pulveres / puyer à serbuk terbagi

Pulveres biasa diberikan dalam suatu resep racikan. Pulveres merupakan sediaan padat yang berbentuk serbuk, yang dikemas dalam beberapa bungkus kertas perkamen, sesuai dengan jumlah yang tertulis pada resep, biasa digunakan untuk pemakaian oral. Dengan pulveres, dokter dapat lebih leluasa menentukan jenis dan dosis obat yang dicampurkan. Suatu tanggungjawab bagi apoteker untuk memastikan bahwa campuran tersebut tidak menunjukkan inkompatibilitas (ke-tak tercampur-an) yang merugikan. Apoteker dapat menambahkan bahan inaktif sebagai pengisi atau penyamar rasa pahit, seperti misalnya amylum, saccharum lactis/lactose, atau saccharum album (gula halus). Namun, yang perlu diperhatikan adalah sifat higroskopisitas dari saccharum album, mengingat syarat / kriteria sediaan pulveres adalah : aman, kering, homogen, halus dan mudah mengalir (free flowing).
pulvis
Serbuk ( pulvis ) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia  yang dihaluskan. Ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian melalui mulut saja, tetapi dapat juga digunakan untuk pemalaian luar dari tubuh, seperti pada bagian kulit.
Di dalam pembuatan serbuk, perlu diperhatikan ketelitian agar serbuk yang digerus dapaat benar – benar homogen. Supaya pada waktu dibungkus kertas perkamen, serbuk tersebut tidak menggumpal.
Sediaan serbuk digunakan untuk anak – anak dan orang dewasa terutama yang agak sukar untuk menelan kapsul atau tablet. Karena serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut dibanding kapsul dan tablet.
Selain itu serbuk yang diayak harus diayak dengan melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh, sebagaimana yang telah ditentukan.
Sediaan serbukpun mempunyai kelebihan – kelebihan , diantaranya dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai sengan keadaan penderita, lebih stabil terutama untuk obat yang dirusak oleh airnyerapan lebih cepat dan lebih sempurna dibanding sediaan sediaan padat yang lainnya, sediaan / obat yang terlalu besar volumenya untuk di buat dalam bentuk tablet atau kapsul dapat dibuat dalam bentuk serbuk. Tetapi serbuk juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak tertutupnya rasas tidak enak seperti pahit, sepat, lengket di lidah, dan dalam penyimpanannya menjadi lembab. Hal tersebut perlu di ketahui oleh kita, khususnya seorang pelajar farmasi.
 
Pentingnya Ilmu Farmakologi
 
Dalam ilmu farmasi ada yang di sebut dengan farmakologi. farmakologi adalah ilmu yang mempelajari mekanisme kerja atau efek obat dalam tubuh. Ilmu farmakologi juga merupakan dasar dari ilmu farmasi. Dalam ilmu farmakologi kita dapat mempelajari berbagai macam efek, mekanisme kerja, sejarah, khasiat, dan sebagainya tantang obat. Menurut banyak siswa, ilmu farmakologi agak sulit , tahu kenapa? Menuru mereka farmakologi itu terlalu banya hafalan, jadi terkesan farmakologi itu sulit. Apaila kiatmempelajari farmakologi dengan ikhlas, pasti semua akn terasa mudah. Apalagi ditambah guru yang baik hait dan tisak membosankan. Waw pasti menyenangkan bukan?
Farmakologi berperan penting untuk seseorang yang ingin menjadi asisten apoteker maupun apoteker. Ketika apoteker meracik obat, dia harus tahu apa efek dari obat itu kan? Nah, maka dari itu apoteker harus mempelajari ilmu farmakologi. Farmakologi juga dapat membantu dalam menemukan hal baru, contohnya membuat obat untuk penyakit yang langka. Selain itu, apoteker dapat mengkombinasikan obat – obat yang cocok dan berguna bagi semua orang, karena senelunya ia telah tahu apa efek yang akan terjadi.
Untuk siswa jurusa farmasi mulai saat ini harus menyukai ilmu farmakologi, agar dapata menjadi seorang apoteker yang gemar menemukan obat baruyang berguna bagi semua orang.
Kehidupan Kapsul
            Apabila kita mendengar cerita tentang “FARMASI”, pasti kita langsung teringat  kepada obat. Dalam pembuatan obat ada sediaan yang berbentuk kapsul. Di masyarakat tidak asing lagi apabila mendengar kapsul. Kita ungkap tuntas tentang kapsul oke!!!.
          Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat terlarut. Didunia farmasi kapsul dibagi menjadi dua yaitu kapsul keras dan kapsul lunak.
Kapsul keras terdiri dari badan dan penutup, tersedia dalam bentuk kosong, isi biasanya padat bisa juga cair, pemakaiannya melalui oral(obat yang melewati saluran pencernaan), bentuknya hanya satu macam. Kapsul lunak terdiri dari satu kesatuan, selalu sudah terisi, isi biasanya cair dapat juga padat, cara pakai oral(obat yang melalui saluran pencernaan), vaginal(obat yang melalui vagina), rektal(obat yang melalui dubur/rectum), topical(obat yang melaui jaringan kulit), bentuknya bermacam-macam.
           Kapsul terbuat dari gelatin, pati, dan bahan lain yang sesuai. Kapsul juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu bentuknya menarik dan praktis, tidak berasa sehingga bisa menutupi rasa dan bau yang kurang enak, mudah ditelan. Kekurangannya yaitu tidak untuk zat yang mudah menguap, tidak untuk zat yang higroskopik(mudah menyerap air), tidak untuk balita, tidak bisa dibagi.
          Penyimpana kapsul juga perlu diperhatikan loh!!!. Apabila kapsul disimpan ditempat yang lembab atau basah, maka kapsul akan lembek. Apabila kapsul disimpan ditempat yang terlalu kering atau terkena matahari, kapsul akan pecah atau rapuh.
          Ada 3 teknik pengisian kapsul yaitu dengan tangan, dengan alat bukan mesin, dengan alat mesin. Apabila disekolah-sekolah farmasi biasanya pengisian kapsul itu menggunakan teknik yang simple yaitu dengan tangan.
          Kapsul juga mempunyai ukuran yakni, 000, 00, 0, 1, 2, 3, 4, 5. Kapsul mempunyai warna yang berbeda-beda sesuai dengan pabrik yang memproduksinya.
          Yang terpenting dalam pembuatan kapsul adalah ketelitian, kesabaran dan kemampuan yang khusus.
          Nah sekarang sudah tahukan tentang kehidupan kapsul. Jadi bertambah deh ilmu kita…